Kehidupan Dua Sisi

“Kehidupan Dua Sisi” bukan hanya tentang petualangan menyusuri gua, hujan yang turun sebelum basecamp berdiri, atau tali yang tergantung dari langit-langit batu. Ini adalah kisah tentang keberanian melawan ragu, tentang kerja tim yang diuji diam-diam, dan tentang bagaimana sepotong pengalaman di kegelapan bisa menerangi cara kami melihat hidup.

Di sinilah kami menemukan bahwa hidup tak selalu soal terang. Kadang, kita justru menemukan arah di tengah gelap.

Jumat, 20 Juni 2025 – Kejutan di Awal Perjalanan

Langit siang di Jumat itu tak terlalu terik, namun cukup cerah untuk memberi semangat. Pukul 13:00 WIB, suasana di Sekretariat PPRPG DEWADARU tampak sibuk. Kami mulai memeriksa satu per satu peralatan yang akan dibawa: helm, tali, carabiner, dan perlengkapan logistik lainnya. Di sudut dapur kecil, beberapa dari kami sudah mulai menyiapkan bahan makanan yang akan dibawa, memotong-motong bawang sambil sesekali tertawa pelan.

Namun, keceriaan itu tak bertahan lama. Menjelang sore, saat jam menunjukkan pukul 16:46 WIB, kami menggelar upacara singkat—ritual kecil sebelum petualangan dimulai. Ada semangat, ada harapan, namun juga sedikit tegang. Pukul 16:52 WIB, kami akhirnya memulai perjalanan menuju Gua Sanghyang Lawang, tempat di mana pengalaman luar biasa akan menanti.

Belum lama melaju, kami dihadang oleh kenyataan pahit, logistik kami terlalu banyak. Yang awalnya direncanakan diikuti lima Anggota Muda, kini hanya dua yang tersedia. Sejenak kami saling pandang, kebingungan menggantung di udara. Tapi seperti biasa, solusi muncul dari kekompakan: semua logistik ditumpuk di satu motor milik Anggota Muda.

Perjalanan pun kembali dilanjutkan… hingga kejadian berikutnya datang. Motor pembawa logistik terpisah dari rombongan. Kami saling menghubungi, mengirim lokasi, dan akhirnya bertemu di sebuah titik. Tapi cobaan belum selesai—ban salah satu motor pendamping bocor. Lagi-lagi kami harus berpisah, menunggu perbaikan, berdoa semoga malam tidak datang lebih cepat dari kami.

Sayangnya, malam memang tak bisa ditahan. Hujan deras mengguyur kami, jalanan menjadi licin dan rusak. Target tiba pukul 17:00 WIB tinggal mimpi. Kami akhirnya mencapai lokasi pukul 20:32 WIB dalam kondisi basah dan terasa lelah.

Kami membagi diri menjadi dua tim: satu mencari tempat untuk mendirikan basecamp, satu lagi bertugas mencari izin dan memenuhi logistik yang belum terpenuhi. Namun, karena hujan terus mengguyur, izin ditunda dan Anggota Muda yang bertugas malah melakukan sosiologi pedesaan. Ia bertemu Bapak Iyus, pemilik warung yang hangat dan ramah. Dari beliaulah kami tahu peta desa: letak RT, RW, akses kesehatan, hingga jalur evakuasi.

Sayangnya, komunikasi tidak berjalan sempurna. Saat hendak kembali ke basecamp, sang pendamping terlalu cepat meninggalkan Anggota Muda tadi. Ia sempat tersesat, melampaui lokasi, sebelum akhirnya berbalik dan bertemu pendamping lain yang menunggunya di pinggir jalan.

Pukul 21:52 hingga 00:26 WIB, basecamp berdiri, makan malam tersaji, dan evaluasi dilakukan. Tubuh kami lelah, tapi jiwa kami penuh petualangan. Malam pun ditutup dengan istirahat.

Sabtu, 21 Juni 2025 – Menyelami Dunia Bawah Tanah

Fajar menyapa pukul 05:15 WIB. Suara kompor menyala dan aroma masakan menyelimuti basecamp yang masih dingin. Di sela-sela masak, kami melakukan checklist alat dengan teliti. Pukul 07:40 WIB, kami menuju rumah Bapak Ndut dan Bapak Pepen untuk mengurus perizinan. Sambutan mereka hangat, seolah memberi restu pada perjalanan kami hari itu.

Sarapan selesai pukul 08:43 WIB. Perut kenyang, semangat penuh. Kami mulai perjalanan ke gua horizontal untuk kegiatan TPGH (Teknik Penelusuran Gua Horizontal) pukul 09:22 WIB. Gua itu menyambut kami dengan sunyi yang dalam. Di dalam sana, kami belajar tentang bahaya yang tersembunyi: bebatuan licin, lorong sempit, dan makhluk kecil yang hidup tanpa cahaya. Jangkrik, laba-laba, kelelawar, menjadi saksi diam. Ornamen-ornamen seperti stalaktit, stalagmit, column, gourdam, hingga korden tergantung indah, terbentuk oleh waktu dan kesabaran alam.

Pukul 12:00 WIB kami berhenti untuk ishoma. Tapi sayang, beberapa Anggota Muda terlalu santai, mengandalkan yang lain. Kami molor hingga pukul 14:02 WIB. Tapi itu menjadi pelajaran penting tentang tanggung jawab dalam tim.

Pukul 14:08 WIB, kami melanjutkan kegiatan pemetaan gua. Masing-masing memiliki peran: shooter, leader, stasioner, notulen, deskriptor. Kami bekerja seperti satu mesin yang terlatih, mendokumentasikan kedalaman bumi. Hingga pukul 17:08 WIB, kegiatan selesai dan kami kembali ke basecamp.

Tim melakukan pemataan gua. Foto: Dokuntasi Dewadaru
Tim melakukan pemataan gua. Foto: Dokumentasi Dewadaru

Malam hari dihabiskan untuk checklist alat, makan malam, evaluasi harian, dan diskusi kecil. Jam menunjukkan pukul 20:50 WIB ketika kami bersiap tidur, menantikan hari terakhir yang penuh tantangan.

Minggu, 22 Juni 2025 – Ujian Terakhir

Pagi dimulai pukul 05:20 WIB. Rutinitas masak dan checklist alat kembali dilakukan. Hari ini, hari penentuan. Kami akan menjalani tiga kegiatan besar: TPGV, SRT, dan rigging. Setelah simulasi SRT, kami membagi tugas: mereka yang belum mendapat giliran turun akan memasak makanan untuk makan siang di dalam gua.

Pukul 11:48 WIB kami berangkat ke Gua Cikaracak—gua vertikal. Turunnya pendek namun memiliki lorong yang panjang. Saat kami tiba, kegiatan dimulai dengan serius: memasang safety lane, tambatan, dan memeriksa semua jalur turun.

Proses pemasangan jalur (rigging)
Proses pemasangan jalur (rigging). Foto: Dokumentasi Dewadaru

Karena keterbatasan peralatan, kami menerapkan sistem transfer alat penelusuran vertikal agar setiap anggota dapat bergantian turun ke dasar gua. Proses berjalan lancar, dan kami melanjutkan perjalanan lebih dalam hingga menemukan sebuah bagian yang disebut lubang jarum. Satu per satu anggota tim mulai menuruni celah sempit itu. Karena area di bawah tak terlihat jelas, kami kesulitan menemukan pijakan yang aman. Dengan hati-hati, kami meraba-raba dinding dan lantai batu, berusaha mencari tempat berpijak agar tidak tergelincir. Setelah satu anggota berhasil melewati celah itu, ia langsung bersiaga di bawah, membantu yang lain satu per satu hingga akhirnya seluruh tim berhasil menaklukkan lubang tersebut.

Begitu kami berhasil melewatinya, rasa lelah seketika tergantikan oleh rasa kagum dan takjub. Kami berdiri di dalam sebuah ruangan raksasa—sebuah aula bawah tanah yang megah—dengan ribuan kelelawar menggantung di langit-langit dan ornamen gua raksasa yang mengelilingi kami seperti ukiran alam yang agung. Kami melanjutkan penelusuran, dan sepanjang perjalanan itu, kami harus menghadapi berbagai medan seperti memanjat bebatuan curam, berjalan jongkok di lorong rendah, bahkan merangkak dalam lorong-lorong sempit.

Melewati lubang jarum. Foto: Dokumentasi Dewadaru

Saat hendak naik, salah satu dari kami mengalami kesulitan besar untuk naik kembali ke mulut gua. Tenaga terkuras, mental diuji. Tapi kami tidak menyerah—kami bantu, sabar, dan akhirnya semua selamat sampai atas.

Pukul 17:10 WIB kami kembali ke basecamp. Checklist alat, makan malam, dan evaluasi menyelimuti malam itu. Kami merapikan basecamp, lalu pukul 21:30 WIB, kami mulai perjalanan pulang.

Dan pada pukul 22:37 WIB, kami akhirnya tiba kembali di Sekretariat DEWADARU. Lelah. Lengkap. Tapi juga bahagia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jl. Sukabumi Dalam 2 No. 30 A – Kota Bandung | Email: pprpgdewadarubandung@gmail.com

© 2025 PPRPG Dewadaru. All Rights Reserved